Ingin Kurus Tapi Tidak Ada Waktu untuk Olah Raga? Cobalah Latihan Ini

9 May

Peneliti Mengklaim Telah Menemukan Sebuah Cara Latihan Olahraga yang Paling EfisienHeavier

Para peneliti di Australia mengklaim telah menemukan teknik latihan olahraga yang membakar jumlah lemak paling maksimal dengan latihan yang paling minimal. Partisipan pada penelitian ini tiap minggu melakukan tiga latihan masing-masing selama 20 menit pada sebuah sepeda statis selama 12 minggu. Dalam tiap sesi latihan, mereka akan berhenti mengayuh sepeda kemudian melakukan lari cepat jarak pendek selama delapan detik. Hal ini dilakukan berulang kali dalam setiap sesi latihan. Para peneliti mengklaim bahwa subyek-subyek penelitian tersebut yang melakukan latihan ini selama satu jam per minggu mengalami penurunan berat badan saat yang sama besarnya dengan jogging lima hingga tujuh jam per minggu. Kelompok peneliti ini memberikan penjelasan seperti ini:

Lari jarak pendek yang cepat menyebabkan tubuh melepaskan kadar yang tinggi dari sekumpulan hormon tertentu, yang disebut katekolamin, yang mendorong pelepasan lemak dari cadangan lemak, terutama lemak abdominal (perut) dan lemak viseral (organ dalam) sehingga dapat dibakar oleh otot-otot yang sedang bekerja.

Kami tidak tahu mengapa bisa seperti itu, tapi kaki yang bergerak sangat cepat ternyata menghasilkan kadar katekolamin yang tinggi, kata Dr Boutcher, yang hasil temuannya ini dipublikasikan pada Journal of Obesity.

Lari jarak pendek selama delapan detik dapat meningkatkan denyut jantung sementara menghambat pelepasan asam laktat, yaitu zat yang membuat otot lebih cepat lelah, hingga pada kadar yang minimum, kata dia

Bagi penggemar fitness, akan mennyadari bahwa latihan ini pada dasarnya hanyalah sebuah semacam interval training. Namun, ini merupakan rekomendasi latihan yang sangat spesifik, dan tidak ada salahnya untuk dicoba jika kamu ingin mengurangi berat badan tanpa mengubah rutinitas sehari-harimu secara drastis.

Diterjemahkan bebas dari Researchers Claim To Discover the Single Most Efficient Exercise Regimen

NB : Kalau aku pribadi lebih memilih melakukan latihan olahraga yang sudah teruji dari penelitian sehingga mengefektifkan latihan dan tidak memberikan janji-janji yang kosong. Jika kamu penasaran seperti apa bentuk latihan High Intensity Interval Training, lain waktu akan aku bahas 🙂

Menulis Mengikat Makna

9 May

Bacalah buku untuk memahami dunia dan semesta di luar sana
Menulislah untuk memahami semesta yang ada dalam jiwa

8114950342_700d2b9d7b

Bagi sebagian besar orang termasuk aku membiasakan membaca buku itu bukan suatu perkara yang sulit. Sekarang semua pengetahuan tersebar luas bisa diakses dimana saja dan oleh siapa saja. Tidak hanya dalam bentuk fisik buku tetapi sekarang sudah merambah internet yang mengatasi masalah jarak dan waktu. Tidak perlu dipertanyakan bahwa membaca buku memperluas pengetahuan kita mengenai banyak hal dari ilmu sains hingga sosial. Selain itu membaca juga dapat menjadi media hiburan misalnya membaca novel atau buku cerita.

Sebaliknya, menulis masih menjadi sebuah kegiatan yang ‘mahal’, merepotkan dan mengintimidasi bagi sebagian besar orang. Pasti ada saja alasan yang dikemukakan untuk tidak mau menulis. Tidak ada ide lah, tidak berbakat lah, tidak mampu lah, malas lah, tidak ada waktu lah. Padahal kalau mau ditinjau dan dikaji seksama menulis itu sebenarnya memberikan banyak manfaat yang tidak kita dapatkan dari membaca buku saja.

Aku sebenarnya termasuk kelompok orang yang malas menulis. Sebenarnya aku tahu beberapa manfaat dari menulis. Tetapi sekadar tahu saja tidak menjadi sebuah motivasi untuk melakukan tindakan. Aku belum memahami, meresapi dan akhirnya menginternalisasi pengetahuan itu untuk menjadi dorongan untuk menulis. Terlebih lagi, aku termasuk orang yang belum bisa berkomitmen melakukan suatu tindakan untuk menjadi sebuah kebiasaan kalau tidak didorong oleh faktor eksternal. Ya aku menyadari betapa dangkalnya diriku ini. Aku mengakuinya dan tak akan berusaha menyangkalnya walaupun hal ini akan nampak kontradiktif dengan apa yang aku sampaikan di tulisan ini. Namun aku pun berhak untuk belajar dan memperbaiki kesalahan. Aku berhak untuk tumbuh dan menata kembali diriku. Nah dengan menulis aku menemukan harapan baru bagiku untuk menata ulang semua kekacauan dalam pikiran dan jiwaku. Seperti yang aku tulis di awal, menulis akan membuat kita memahami semesta yang ada dalam jiwa kita. Aku percaya dengan menulis aku dapat menata jalan pikiranku, meluruskan segala keruwetan. Seperti ruangan yang tertata rapi memudahkan kita mencari barang, pikiran yang tertata rapi memudahkan kita melihat secara menyeluruh dan jelas tentang diri kita yang sebenarnya. Pikiran yang tertata rapi memudahkan kita melihat berlian yang ada dalam diri kita. Menulis juga menuntut kita berpikir logis dan mengembangkan kemampuan kita untuk membuat argumentasi yang sistematis dan objektif. Pada akhirnya menulis akan membuat kita lebih bijaksana karena kita akan dituntut untuk mengenali pikiran-pikiran kita dan dengan demikian dapat membuat kita mengenal diri kita dengan lebih baik. Bukankah dengan mengenali diri kita sendiri akan menjadi pondasi yang kokoh untuk kepribadian kita?

Jadi menulis perlu dilakukan semua orang, tidak hanya bagi pengarang, jurnalis. Berikut ini adalah manfaat yang didapatkan oleh seorang blogger kawakan Leo Babauta di blog zenhabits.net yang melakukan kebiasaan menulis setiap hari

  • Menulis membantumu bercermin atau merefleksikan kehidupanmu dan perubahan apa yang telah kamu kerjakan dalam kehidupanmu. Hal ini sangat berharga karena seringkali kita melakukan banyak hal tanpa menyadari mengapa kita melakukannya atau apa akibat dari hal-hal yang kita lakukan pada diri kita
  • Menulis membuat pikiranmu menjadi jernih. Pikiran-pikiran, gagasan dan perasaan-perasaan dalam kepala kita berlintasan secara samar-samar karena begitu banyaknya dan cepatnya berganti pikiran dan perasaan tersebut sehingga tidak sempat kita perhatikan. Menulis memaksa kita mengkristalisasi pikiran-pikiran tersebut dan meletakkannya dalam urutan yang logis.
  • Menulis secara teratur membuatmu semakin baik dalam menulis. dan menulis merupakan sebuah ketrampilan yang sangat berharga dan berguna dalam jaman digital ini.
  • Menulis yang ditujukan untuk dibaca oleh orang lain (bahkan jika pembacanya hanya satu orang) membantumu berpikir dari sudut pandang pembaca tersebut. Itulah dimana keajaiban terjadi, karena begitu kamu masuk dalam kerangka berpikir pembaca, kamu akan mulai dapat memahami pembaca dan pelanggan dan kolega dan teman-temanmu dengan lebih baik. Kamu akan mempunyai empati dan pemahaman tentang dunia yang lebih luas.
  • Menulis untuk membujuk atau memberikan persuasi – untuk meyakinkan orang lain menyetujui sudut pandangmu – membantumu menjadi lebih baik mempersuasi atau meyakinkan orang lain untuk merubah pandangan mereka. Banyak orang tidak ingin mengubah pandangan mereka ketika mereka merasa seseorang menyerang posisi mereka, sehingga mereka menjadi begitu defensif dan menjadi semakin mempertahankan pandangan mereka.
  • Menulis setiap hari memaksamu untuk menciptakan ide-ide baru secara teratur, sehingga memaksamu untuk menyelesaikan masalah yang sangat penting yaitu darimana mendapatkan ide-ide tersebut. Apakah jawaban untuk masalah itu? Ide dan inspirasi ada dimana-mana! Bisa dari obrolan dengan orang lain, bisa dari “eksperimen kehidupan” mu, bisa dari artikel-artikel yang kamu baca di internet, dari majalah, film dan musik serta novel. Namun, jika kamu menulis dengan teratur, matamu akan terbuka akan ide-ide ini.
  • Menulis secara teratur di internet membantumu mendapatkan pembaca-pembaca yang tertarik dengan apa yang sudah kamu bagikan melalui tulisanmu, dan bagaimana kamu dapat membantu mereka. Hal ini sangat bagus untuk berbagai bidang bisnis, bagi orang-orang yang sedang meniti karirnya, bagi orang-orang yang senang bersosialisasi dengan orang lain yang tertarik pada bidang yang sama dengan mereka.

Jika sudah mengetahui dan memahami manfaat dari menulis secara teratur tiap hari, tentu kita perlu juga mengetahui bagaimana caranya agar konsisten menulis secara teratur setiap hari. Berikut ini adalah berbagai cara untuk membangun kebiasaan tersebut yang direkomendasikan berdasarkan pengalaman Leo Babauta :

  1. Berkomitmenlah untuk menulis setiap hari. Banyak orang mencoba untuk menulis beberapa kali saja seminggu atau sekali seminggu. Masih kurang frekuensinya, dan tidak akan menjadi sebuah kebiasaan baru jika seperti itu. Lebih baik, katakan pada dirimu sendiri, “Aku akan menulis setiap hari, tidak ada pengecualian”. Kemudian, tetaplah jalankan komitmenmu tersebut dengan teguh.
  2. Sisihkan waktu khusus untuk menulis. Hal ini sangat penting. Kamu harus menyisihkan sedikit waktumu untuk melakukannya, atau kebiasaan ini tidak akan terbentuk sama sekali. Aku menyarankan pagi hari saja, sesegera mungkin setelah bangun tidur, sehingga tidak ada urusan lain yang menghalangi. Namun, jika kamu adalah orang yang suka begadang, menulis pada larut malam juga baik, asal kamu tidak terlalu lelah dan mengantuk.
  3. Mulailah dengan yang kecil. Ok, kamu tahu bahwa aku akan mengatakan hal ini, tapi ini sangatlah penting. Yang harus kamu lakukan hanyal mulai menulis apapun setiap harinya – kamu tidak harus menulis sebanyak 1000 kata atau tulislah apapun. Mulailah saja menulis, dan seberapa banyak kata yang kamu tulis bukanlah hal yang penting. Ketika kamu sudah terbiasa, kamu dapat memperpanjang tulisan-tulisanmu, tapi untuk sekarang, mulailah saja menulis.
  4. Mulailah menulis blog. Kamu bisa menulis dalam diari atau catatan untuk dirimu sendiri, tapi aku sangat menyarankan untuk menulis di blog. Buatlah akun di WordPress.com atau Tumblr, dan mulailah menulis blog. Kenapa memilih menulis blog? Karena hal ini akan benar-benar membantumu menulis secara teratur, dan memaksamu berpikir dalam berbagai cara yang berbeda, ketika kamu mempunyai pembaca yang membaca tulisanmu. Bahkan jika pembaca blogmu hanya sedikit. Memang terlihat menakutkan, aku tahu itu, tapi cobalah saja. Kamu akan terbiasa dan merasa nyaman sedikit demi sedikit dengan berlalunya waktu, dan kamu jangan pernah membiarkan ketakutan menghentikanmu melakukan hal yang menakjubkan, yaitu menulis blog.
  5. Hilangkan semua pengalih perhatian. Penulis itu berteman baik dengan pengalih perhatian (ini nampaknya adalah sarkasme -Ed). Dia mengetahui seberapa kuatnya panggilan ini, dan harus menguasai desakan untuk mengikutinya. Jadi hilangkanlah atau matikan semua hal yang tidak kamu butuhkan untuk menulis, semua tab pada perambanmu (browser), semua program emailmu dan sosial media di komputermu, dan cukup menulis sajalah.

Mari kita menulis mulai hari ini! 🙂

link artikel Leo Babauta Why You Should Write Daily

Id, Ego, Superego

21 Feb

Freud mengemukakan tentang tiga struktur kesadaran atau kepribadian manusia. Ingin tahu dan memahami ketiga struktur itu tapi malas membaca narasi yang bertele-tele dan terlalu banyak istilah psikologi yang tidak kita pahami? Mendingan baca anekdot berikut yang lebih mudah dipahami bagi proletar seperti saya ha ha

Suatu ketika pada saat badai salju menimpa pondok tempat Freud tinggal seorang diri, dia justru kedatangan tiga tamu sekaligus. Tiga tamu itu adalah Id, Ego, dan Superego. Dalam badai salju yang turun begitu deras tersebut, Freud malah diberi kuliah oleh tiga tamu itu.

“Aku adalah keinginan-keinginan primordial yang menuntut pemenuhan segera,” kata Id. “Jika aku menginginkan tidur dengan seorang wanita, langsung saja kutiduri wanita itu tanpa pandang bulu.”

“Kalau aku,” demikian Ego memberi kuliah, “adalah penengah antara tuntutan id dengan realitas di luar. Aku mengusahakan pemenuhan id itu secara realistis, papa Freud. Jika kau ingin meniduri wanita itu, tunggu dulu. Wanita itu mau nggak untuk kautiduri?”

“Nah, dua temanku sudah menjelaskan siap diri mereka. Sekarang giliranku. Aku adalah tatanan moralitas bagi individu-individu. Andai kau ingin meniduri wanita muda, jangan asal dia mau saja. Nilai-nilai moralitas di sekitarmu bilang apa kepadamu: baik atau buruk?”

Pesan untuk Sahabat ku (dan Diriku) : Kejarlah “Passion” mu

12 Feb

Untuk sahabatku yang sedang menggalau ria di Semarang (dan untukku juga sebenarnya),

Percayalah padaku bahwa aku pun mengalami masalah yang sama seperti dirimu. Aku tidak bisa bilang bahwa aku sudah mampu mengatasinya because just like you, I’m still struggling . Mari kita sama-sama berusaha untuk menghadapi masalah ini dengan keyakinan bahwa kita dapat menaklukannya. Ha ha ha… Hari ini aku menonton sebuah video seminar dari TED talks yang menurutku dapat menjadi sumber inspirasi bagi kamu dan aku untuk menghadapi masalah kita. Judulnya sangat provokatif : Why you will fail to have a great career. Pembicaranya Larry Smith, seorang profesor ekonomi dari University of Waterloo, Kanada. After watching it I got a motivation booster to pursue my passion. Aku harap bisa memberikan inspirasi dan motivasi bagi kamu juga. Monggo, ditonton ya, nanti kita diskusikan bersama. He he

Hope to have enlightened you,

Cup cup muah muah 😀

Fear

7 Feb

“Mungkin” setiap manusia mempunyai atau pernah mengalami rasa takut. Namun, terkadang sulit untuk benar-benar bisa mendefinisikan rasa takut tersebut. Berikut ini, ada cuplikan dari novel Life of Pi, dimana diketengahkan definisi rasa takut oleh pengarangnya. Apakah definisi ini sesuai dengan rasa takut yang Anda alami? Untuk saya, “hampir” sesuai

Aku ingin mengutarakan pendapatku mengenai rasa takut. Rasa takut adalah satu-satunya lawan sejati kehidupan. Hanya rasa takut yang dapat mengalahkan kehidupan. Dia musuh yang pintar dan licik. Aku tahu betul itu. Rasa takut sama sekali tak kenal malu, tak peduli hukum atau aturan apa pun, dan tak kenal ampun. Dengan mudah dia bisa menemukan kelemahan kita yang utama, dan menyerangnya. Dan yang mula-mula diserang selalu pikiran kita. Saat kita sedang merasa tenang, yakin, bahagia, rasa takut itu menyelinap bagai mata-mata ke dalam pikiran kita, menyamar dalam selubung keraguan tipis. Pikiran kita berusaha menolak keraguan ini dengan memunculkan rasa tak percaya. Tapi dengan mudah keraguan akhirnya menang juga. Kita menjadi cemas. Tapi masih ada akal sehat untuk menolong kita. Kita pun kembali tenang, sebab akal sehat ini dilengkapi dengan teknologi senjata-senjata paling mutakhir. Tapi sungguh mengherankan, meski telah menggunakan taktik-taktik yang lebih hebat dan berhasil memperoleh sejumlah kemenangan mutlak, toh akal sehat akhirnya kalah juga. Kita menjadi lemah, bimbang. Kecemasan pun berubah menjadi rasa takut.

Berikutnya, rasa takut ini menyerang raga kita sepenuhnya. Raga yang sudah sedari tadi menyadari ada sesuatu yang sangat tidak beres. Paru-paru kita sudah terbang seperti burung, dan isi perut kita serasa sudah merayap pergi seperti ular. Sekarang lidah kita mati kejang seperti opossum, sementara rahang kita mulai gemetaran. Telinga menjadi tuli. Otot-otot kita gemetar seperti orang kena malaria, dan kedua lutut kita saling berantuk seperti sedang berdansa. Jantung berdentam-dentam keras, sementara lubang anus kita terlalu kendur. Begitu pula halnya bagian-bagian tubuh yang lain. Keseluruhan tubuh kita luluh lantak dengan caranya masing-masing. Hanya mata kita yang masih berfungsi dengan baik. Mata selalu menaruh perhatian semestinya pada rasa takut.

Dengan cepat kita pun membuat keputusan tergesa-gesa. Kita sudah lupa pada faktor-faktor yang mestinya menjadi andalan terakhir, yakni harapan dan keyakinan. Nah, kita pun kalah. Rasa takut, yang sebenarnya hanya perasaan, berhasil menundukkan kita.

Hal ini sulit sekali dijelaskan dengan kata-kata. Sebab rasa takut itu – rasa takut yang sesungguhnya, yang mengguncang kita sampai ke ulu hari, yang kita rasakan saat dihadapkan pada akhir hidup kita – akan bersarang dalam ingatan, seperti gangren. Dia membuat lain-lainnya menjadi busuk, termasuk kata-kata yang ingin kita gunakan untuk menggambarkannya. Jadi, kita mesti bersusah payah kalau hendak mengekspresikan rasa takut itu. Kita mesti berjuang keras menyuarakan kata-kata itu. Sebab jika tidak, jika rasa takut itu menjadi kegelapan tanpa kata yang berusaha kita hindari, atau bahkan berhasil kita lupakan, berarti kita membuka diri terhadap lebih banyak serangan rasa takut, sebab kita tak pernah benar-benar melawan musuh yang telah mengalahkan kita itu.

 

Life of Pi (Kisah Pi) Bab 56

Origin of Life

7 Dec

The origin of life has been a big question in evolutionary biology. Many scientists have proposed hypotheses to answer this question. However, almost all of them are just speculations that needs to be proved. The reading discusses about an experiment by Stanley Miller and Harold Urey on primordial soup hypothesis. This experiment tried to simulate the chemical evolution process that is believed to originate the first form of life. Miller and Urey made a mixture of methane, hydrogen and ammonia in water solution. The mixture was then heated until it evaporated. Miller and Urey provided a continuous electrical charge to the evaporated mixture. Then it was cooled down and condensed into liquid. This process was always repeated in cycle. After several weeks, they found organic compounds including a large amount of amino acids, the compounds that were believed as fundamental structure of living organism. Miller and Urey suggested that the amino acids formed in primordial soup with the addition of amino acids from carbon rich meteorits or commets were the compounds required to create a new form of life.
Many scientists, including the author, still believe that this experiment best explains the origin of life. However, the lecturer casts some doubts on the experiment.
First, Miller and Urey used a continuous electrical charge in his experiment to simulate the electrical storm of early atmosphere in earth. However, the professor opposes the use of this continuous electrical charge. He states that the electrical storms might have happened in high frequency in the early atmosphere of earth. However, the storms were unlikely to happen continuously. Thus, the continuous electrical charge in Miller experiment failed to simulate the real condition in early atmosphere of earth.
Second, the professor states that the amino acids formed in Miller experiment are much higher than the amino acids found in early atmosphere of earth. Therefore, the Miller experiment may not reflect the real condition of early atmosphere in earth.
Third, the oxygen concentration of simulated atmosphere in Miller’s experiment had been reduced. The professor doubt that the early atmosphere in Earth has the low oxygen concentration as this simulated atmosphere. As the consequence, this difference on oxygen concentration might give an error to the experiment result.
Fourth, Miller suggested that the amino acids from meteorits or commets only had additional contribution to the amino acids contained in primordial soup to create a new form of life. However, the professor opposed this by explaining the fact that amino acids can survive longer in meteorits and commets. These amino acids had a high chance to escape to earth when the meteorits and commets hit the earth. Then they were the primary origin of the first form of life on earth.
In conclusion, Miller experiment may give an insight of how the first form of life might originate through natural process without intervention of other form of life. However, there are some doubts to oppose the validity of Miller experiments simulating the chemical evolution that happened in the early atmosphere of earth.

College Time

6 Dec

Among many stages in our lifetime, some people believe that the college years are the best time in a person’s life. I agree with this opinion because of some reasons. At the college we can learn the subject that we are really interested in. We also can learn to be responsible to our own life and be independent in our life. In addition, in college we learn to prepare for entering professional life. At last, it is easier to find friends with the same interests in college time.
From elementary school until high school a person can not choose to learn only certain subject that he is really interested in. In today’s education system, we must learn all the majors taught in school. However, after graduating from high school, a person can choose to take study major that he likes at the college. By focusing only to learn one specific field, a person can have more time to learn the subject he likes more deeply. Of course, it is very satisfying and exciting to dedicate our time to the things that we are passionate about.
For many students, studying in college means that they have to move from their parent’s house to live by their own in dormitory or apartment. For these students, it is a big step in their lives. They have lived with their parents for the whole time until they study in college. It is a terrifying yet exciting experience for them. They need to do everything by themselves, for example doing the laundry, cleaning their rooms, cooking for themselves. They can’t depend on their parents or other persons to do those things. Some students also do part time jobs to get additional money. It is a satisfying experience for them to be able to earn money by themselves.
College time is a time to learn preparing for entering the professional world. However, there is still no strict obligations and stressful events of the real professional world. The students can enjoy the process of preparing themselves for entering the professional world and they can decide the career they want to do in their lives based on their experience in college time.
Because of taking the same majors, the college friends basically have the similar interests. They are interested in the same subject in college, so the change is high for them to have similar interests in other aspects of lives. In addition, because they take the same classes together and doing the same things together in college, it is likely for them to be good friends. Actually, we enjoy spending our time with the persons with the same interests.
To sum up, I agree that the college time is the best time in a person’s life because we can focus to learn the subject we like in college. We can also learn to be responsible and independent in our lives. We also get the experience to prepare for entering professional world in college. At last, we can find good friends with similar interests in college.

Money and Satisfaction in Life

5 Dec

In our society, there are two different opinions about earning money in our lives. Many people believed that they have to earn large sums of money in their lives. On the other hand, some people are satisfied with small amounts of money as long as they earn comfortable living with those sums of money. Both opinions have their own arguments and reasoning.
In this unstable economic era, earning more money will increase the change to live safe and comfortable. The more money you got, the safer you are in this lives. The money inflation and recent economic recession have forced many people to find ways to secure their economic. We can’t predict what will happen tomorrow, or even the next second. That’s why many people are motivated to earn as much money as they can to decrease the risk of future unknown events. This is enhanced by the change of perspective in modern society that everything is valued with money. Money is require to buy almost anything. Without money we can’t get the things we need to fill our needs and thus make our life comfortable.
In contrast, for some other people, they believe that the larger amount of money doesn’t warrant good, satisfying lives. For these people the amount of money doesn’t correspond to the level of satisfaction in lives. Often, there are things that money can’t buy; and those things unsurprisingly are the ones that give happiness and satisfaction to our life, for example love, friendship, dream etc. We can not buy true love or friendship, but we need them to fulfill our soul. People often willingly and happily do their hobbies or their dreams even though they are not paid enough or even not paid at all. Why do they do these? That’s because of the satisfaction they received from doing something they are passionate.
In my view, I agree with the opinion that we don’t have to be obsessed to earn larger amount of money than we need. Satisfaction and happiness in life do not have to come from external factors. Mainly, it comes from within ourselves. By being grateful with everything we have in our lives, we don’t need to have excessive amount of money to be happy and comfortable in life.

Turing Test

5 Dec

Alan Turing, a British mathematician in 1950 proposed an experiment to test whether a computer could think like human. The test was called Turing Test and is still used until today. This experiment employed a group of person in a room that were prompted to ask any questions to something in another room. They could ask the question by typing it on the keyboard or by speaking it through the microphone. The thing in another room could be another person or a computer. The answer would be showed on a screen or spoken with voice synthesizer. At the end of the experiment, the persons in the group had to decide whether the answers of their questions came from a human or from a computer. If the group guessed that it was a human answering their questions, the machine would pass the test. Although this test has been used till today, no computer has passed it.
On the other hand, a philosopher, John Seller has challenged the validity of this test to decide whether a computer has an adequate artificial intelligence like human thought or not. He doubt the test because it measure the resulting behavior not the thought itself. He suggested a Chinese room paradox to contradict this test. In this paradox a monolingual English speaker receives questions from a Chinese using Chinese language. Of course, he can’t understand the questions so that he can’t answer them. However, if there is a large, detailed and comprehensible reference given to him, he has a probability to break the code of Chinese character and predict the answer using the information available in the reference. In this event, the person shows a correct behaviour that is he can give answers to the question from the Chinese person but he actually doesn’t understand the questions and the answers at all. On the other word the person is acting intelligent but not being intelligent. This capability can be applied to a computer, because by receiving complete inputs it can give an adequate behaviour but is not aware what it is doing. Therefore, this paradox demonstrates a doubt on Turing Test validity to examine the basic question of artificial intelligent whether a computer can think.

Privatized Spaceflight

5 Dec

The article states that the shifting of spaceflight from government to privatized spaceflight industry will give great benefits to the science and public sectors, and provides three reasons of support. However, the professor explains that the private space ship will not give great benefits to science and public sectors, and refutes each of the author’s reasons
First, the reading claims that private space ship will benefit serious space exploration by making the space flight cheaper. The competition between space ship industries is unavoidable in the privatization of space flight. The competition is one of huge factors that will decrease the cost of space flight. The professor refutes this point by saying that the cost of space flight will remain as expensive as before privatization. He states that the commercial space flight will elaborate space tourism that furthermore requires an advanced space traffic control system, that is not cheap. Moreover, the new ship designs need to be tested and retested for safety. It requires a high cost. Therefore, the space flight will remain expensive.
Second, the article posits that the privatization of spaceflight will cause scientific discoveries and innovations to increase in numbers and become quicker because more scientists are required in the spaceflight industries. However, the professor says that instead of accelerating scientific innovation, it will delay or even prevent scientific discovery and innovation. According to the professor, in the era of privatized space flight, the brilliant and best scientists will be lulled from the government sector into private sector. They will work in commercial stuffs that have no scientific value. Thus, this will disturb the innovation in serious space research.
Third, the reading says that the burden of taxpaying public will get lower after privatization of space flight, because the cost will be shifted to customers of privatized spaceflight industries. The professor opposes this point by explaining that the taxpaying public will have to subsidized more to the spaceflight sector. The professor explained this phenomenon by saying that the space tourism will require some supporting infrastructures such as space station, space airport etc; those are not cheap enough for the private spaceflight industries so that eventually taxpaying public have to subsidize more for building the infrastructures.